This is default featured slide 1 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 2 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 3 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 4 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

This is default featured slide 5 title

Go to Blogger edit html and find these sentences.Now replace these sentences with your own descriptions.

20160830

RUKUN #2

Assalaamu'alaikum wr. wb.


Rukun #2
Setelah agak lama tidak nge-post, Alhamdulillah malam ini bisa menyempatkan diri untuk meneruskan tulisan yang kemarin "RUKUN episode #1".

Coba baca sekali lagi sebelum anda melanjutkan di episode #2 ini, silahkan...!!!

"Oke... are you ready?"

Sama halnya "Syarat" "Rukun" juga bersifat dzorury, artinya disadari ataupun tidak "Rukun" pasti menempel atau terdapat dalam setiap pekerjaan yang bersifat apapun, baik dilakukan oleh pokok yang manapun, pasti di situ ada rukunnya; lebih - lebih pekerjaan yang bersifat ibadah, bahkan termasuk salah satu syarat sahnya sholat itu harus mengetahui rukun - rukunnya.

Pada tulisan kali ini saya ingin menyampaikan bahwasanya "Rukun" adalah kata lain dari "Pekerjaan", artinya ketika saya menyebut kata "Rukun" berarti maksudnya adalah "Pekerjaan"; Dan sesuatu bisa dikategorikan "Kerja" apabila mengandung (dilakukan) salah satu dari tiga Pokok Rukun atau ketiganya sekaligus. Yaitu, Hati, Lisan dan Anggota badan; Dan apapun yang dilakukan oleh ketiga Pokok Rukun di atas pasti memiliki imbas atau akibat.

Imbas atau Akibat dari sebuah pekerjaan sangat bergantung dari pada pokok yang pertama, yaitu Hati. Di sinilah penentunya, berimbas baik atau buruk sebuah pekerjaan tergantung dari motivasi atau dorongan apa yang terbesit di dalam hatinya (NIAT).

Yo'iii... apapun yang akan anda dapatkan, sebenarnya anda sudah pasti telah mengetahuinya sejak pertama kali anda melakukannya, hanya saja anda seringkali tidak menyadarinya, bahkan mungkin anda ingkari sendiri.

So... jika anda menginginkan hasil yang "BAIK" dari semua pekerjaan yang akan atau telah anda lakukan maka hanya satu niatnya, yaitu "HANYA UNTUK MENCARI RIDLO ALLOH SWT." tapi bila anda ngeyel dan mempunyai niatan yang lain, maka bersiap - siaplah untuk "Kecewa". Pasti itu!

Bersambung...

Semoga Alloh SWT. selalu membimbing kita untuk senantiasa memurnikan niat hanya untu mencari Ridlo-NYA. Aamiin Yaa Robbal 'Aalamiin...

Baarokallohu Lakum Ajma'iin...!!!

20160828

Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel

RUKUN (#1)

Masih ingat tentang Syarat Sukses?, di sana sudah saya singgung tentang ta'rif Syarat dan Rukun.

Pahami lagi dan baru lanjutkan kesini jika anda masih belum mengerti, oke...!!
Sekarang next step saya akan bahas tentang Rukun.

Saya ulangi sedikit pembahasan saya yang kemarin, Rukun adalah "hal - hal yang dilakukan demi kesempurnaan suatu pekerjaan baik yang berupa ibadah atau muamalah atau segala sesuatu yang berupa pekerjaan yang membutuhkan anggota badan untuk melakukannya".

Sampai di sini saya anggap anda sekarang sudah paham apa itu yang disebut Syarat dan Rukun. Sebelum saya bahas panjang lebar, alangkah lebih baik (menurut saya) untuk anda ketahui bahwasanya setiap pekerjaan atau amal, baik yang bernilai ibadah atau mu'amalah atau apapun itu yang penting bisa dikategorikan sebagai pekerjaan itu mempunyai beberapa komponen pokok di dalam pengerjaannya. Komponen pokok ini merupakan dasar dari berbagai macam amalan karena merupakan penentu dan apabila tidak ada pokok - pokok ini amalan atau pekerjaan tidak akan pernah bisa terjadi atau tidak bisa disebut pekerjaan.

Contoh simpelnya adalah "Sambel" yang disebut dengan sambel adalah "lombok yang diulek (jawa) bahasa kerennya dihaluskan", entah dengan cara apapun itu yang pasti lombok yang diulek itu disebut sambel, jadi anda jangan memaksakan diri untuk menyebut "sambel" bila yang diulek bukan lombok. Adapun bila ditambah dengan bahan lain, maka nama sambel diberi tambahan nama dengan bahan yang ditambahkan tadi. Seperti halnya lambok diulek ditambahi tempe, maka disebut "sambel tempe", ditambahi terong disebut "sambel terong", ditambahi terasi disebut "sambel terasi". Namun ada fenomena menarik di sini, bila lombok diuleg, ditambah tempe yang sudah agak busuk dan ditambah santan bukannya disebut "sambel tempe busuk santan" tapi sebutannya "sambel tumpang" dan masih banyak lagi contoh lainnya. Lho, kenapa malah ngomongin makanan faforit saya waktu masih di Lirboyo.... ya sudah, intermezo saja ya, sekarang kembali ke pokok pembahasan.


"Pokoknya Rukun Itu Kayak Sambel", sekarang anda sudah bisa memahami maksud judul saya kan??? Oke, siiip, jadilah manusia yang agak cerdas...

Pokoknya Rukun

Pokok dasar sebuah Pekerjaan (Rukun) ada tiga hal, yaitu:

1. Hati (pekerjaan yang bersifat batiniyah),

2. Lisan (pekerjaan yang bersifat qouliyah atau ucapan) dan

3. Anggota Badan (pekerjaan yang bersifat gerakan).

Ketiga hal tersebut di atas harus ada dalam sebuah pekerjaan, entah satu atau dua dari tiga, atau bahkan ketiganya sekaligus. Bila anda mengaku melakukan pekerjaan tapi tanpa melibatkan satupun dari tiga pokok diatas, maka dengan tegas, bergaris bawah, cetakan tebal dan huruf balok saya katakan "Anda MIKIR DOANG, NGIMPI dan NGAYAL".


"Jujur" ngomong sama nulis memang berbeda. Kalo ngomong, saya tahu siapa yang saya ajak ngomong dan bagaimana tanggapan mereka terhadap omongan saya, so... Saya bisa langsung memberi tanggapan balik atau jawaban bila mereka mengajukan pertanyaan atas omongan saya. Tapi yang ada di hadapan anda ini tulisan, so... Saya tidak bisa menebak apa tanggapan anda dan saya juga tidak tahu siapa anda, iya to...!!! Tapi gini saja, kalau saya boleh menebak, paling anda akan memberi tanggapan dan pertanyaan yang sama seperti mereka, yaitu: "Lho,,, mas, kalau anggota badan yang bergerak dikategorikan pekerjaan, okelah saya setuju. Tapi bagaimana bisa hati dan lisan juga dikategorikan bekerja??? Justru harusnya "otak" yang bisa dikategorikan bekerja, bukannya hati".

Kalau penyataan dan pertanyaan anda seperti ini, maka saya juga akan memberi jawaban yang sama juga, iya to... Ya tinggal saya jawab saja "Ya kalau "otak" anda letaknya di "dengkul" saya maklum kalau anda menyatakan dan bertanya semacam ini, saya juga meng"amini" pas anda jalan - jalan apalagi pas lomba lari 100 m. itu otak anda pasti bekerja sanagt keras untuk mempertahankan agar tetap di posisinya, gimana tidak, lha wong terpontang - panting maju mundur terus kok... ha... ha... ha... ha... haaaaaa....." Jangan marah lho...!!! hanya bercanda, kan nyata - nyata otak anda di kepala bukan di dengkul, iya to... :)

Semoga ini bisa menjadi pencerah buat anda. "Otak" memang memiliki tugas yang terbilang sangat penting di antara organ - organ tubuh yang lain, bahkan menurut sebagian orang kerja "Otak" merupakan penentu dari setiap keadaan atau kejadian yang akan terjadi pada diri setiap manusia melaui pola "mindset" yang terbentuk di dalam otak. Kalau masalah mindset mungkin akan saya bahas lain kesempatan.

Kembali ke Pekerjaan (Rukun) dan otak. Setiap anggota badan yang bersifat "jeroan (terletak di dalam bukan luar)" memang memiliki kerja dan tugas masing - masing, tapi tidak bisa dikategorikan "kerja" dalam istilah dunia kerja atau muamalah dan atau ibadah.

Sedangkan orang - orang yang kerja mengandalkan otak seperti peneliti, penemu, ekonom, konsultan, "pembuat UU" dan lain - lain yang intinya butuh "mikir" dalam kerjaannya ketika mereka bekerja memang mengandalkan otak - otak mereka tapi bukan berarti pas "mikir" lalu mereka anda anggap bekerja, itu salah kaprah. Pas mereka mikir ya artinya mereka belum bekerja, tapi lagi "mikir doang", baru setelah hasil pemikiran mereka di tuangkan dalam tulisan atau dipraktekkan dalam tindakan atau didiskusikan dalam perdebatan, nah baru silahkan anda katakan mereka sudah bekerja tidak hanya mikir doang.

Biar anda juga "mikir" sebelum membantah saya, silahkan anda fahami gambar di bawah ini...!!!



Si A memerintahkan Kepada Si B untuk memasukkan Ranjang tidur (1) ke dalam kamar (3). Ukuran Ranjang adalah Super Jumbo sedangkan Pintu (2) kamaar sangat kecil. Si B yang diperintah Si A lagi "mikir" bagaimana caranya biar Ranjang bisa masuk. Dasar Si B agak oon, kelamaan "mikir" membuat Si A agak jengkel, dan protes:

Si A: "Heh... B, kamu itu disuruh pindahin Ranjang malah bengong, cepat "kerja"kan...!!!"

Kalau anda jadi Si B bagaimana jawaban anda??? dan kalau Si B itu saya, maka akan saya jawab:

Si B: "Apa ente gak lhat ini lagi "mikir"...!!!"

Nah lo... Iya to, kalau "mikir" sudah dikategorikan "kerja", maka Si A tidak akan menyuruh lagi untuk cepat dikerjakan, kan Si B lagi kerja. Tapi yang jelas "mikir" itu belum bisa dikategorikan "kerja" jadi jangan paksakan kehendak anda untuk mengkategorikan "mikir" sebagai pe"kerja"an. Kalau sampai di sini anda masih pengen membantah saya, ya maaf - maaf kata saja, berarti anda "Super Sombong" Na'uudzu billaahi min dzalik.

Saya harap anda sudah bisa menerima dan memahami uaraian saya dari atas sampai alenia ini. Sekarang saya akan tunjukkan dalail yang menerangkan bahwasanya yang dilakukan "hati dan lisan" adalah sebuah pekerjaan. Silahkan anda buka Al Qur'an Surah Ali Imrom ayat:156, yang artinya:

"Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu seperti orang-orang kafir (orang-orang munafik) itu, yang mengatakan kepada saudara-saudara mereka apabila mereka mengadakan perjalanan di muka bumi atau mereka berperang: "Kalau mereka tetap bersama-sama kita tentulah mereka tidak mati dan tidak dibunuh". Akibat (dari perkataan dan keyakinan mereka) yang demikian itu, Alloh menimbulkan rasa penyesalan yang sangat di dalam hati mereka. Alloh menghidupkan dan mematikan. Dan Alloh melihat apa yang kamu kerjakan."

Alhamdulillah... Puji Syukur kepada Alloh SWT. yang telah melunakkan hati anda untuk tidak memprotes Al Qur'an yang saya sampaikan barusan.

Sudah plong...??? Sekarang tahap selanjutnya yang harus anda ketahui adalah "Semua Pekerjaan (Rukun) Mempunyai Akibat (imbas) Positif (seperti Pahala, Rasa Gembira, Sehat, Gaji, Pendapatan, Pujian dll.) dan Negatif (seperti Dosa, Rasa Sedih, Sakit, Rugi, Hinaan dll.)" tergantung apa yang kita kerjakan dan untuk siapa pekerjaan itu kita sandarkan. Apabila sandaran kita hanya Alloh SWT. maka di situ ada pahala yang sangat besar di sisiNYA, tapi apabila sandaran kita hanya kepada makhluk seperti, bos, atasan, mertua, pacar, rekan kerja (read hasil yang bersifat duniawi) dll, maka tidaklah kita mendapat apa - apa di sisiNYA kecuali kerugian yang teramat besar.

Biar anda lebih yakin, baca Surat An Nisa' ayat 115 yang artinya:

"Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena mencari keridhaan Alloh, maka kelak Kami memberi kepadanya pahala yang besar."

Dalam Surat An nisa' ayat 134 yang artinya:

"Barangsiapa yang menghendaki pahala di dunia saja (maka ia merugi), karena di sisi Alloh ada pahala dunia dan akhirat. Dan Alloh Maha Mendengar lagi Maha Melihat."

Juga dalam Surat Ali Imron ayat 22 yang artinya:

"Mereka itu adalah orang-orang yang lenyap (pahala) amal-amalnya di dunia dan akhirat, dan mereka sekali-kali tidak memperoleh penolong."

Baca juga Surat Asy Syuroo ayat 36 yang artinya:

"Maka sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Alloh lebih baik dan lebih kekal bagi orang-orang yang beriman, dan hanya kepada Tuhan mereka, mereka bertawakkal."

Sebagai referensi buat anda, silahkan baca tulisan ini.

Alhamdulillah... Rukun (episode #1) saya rasa sudah cukup penjabarannya, untuk kesimpulan akhir:

1. Pekerjaan (Rukun) membutuhkan "Pembenaran dalam Hati, Pengikraran dalam Ucapan dan Pengerjaan dalam gerakan Anggota Badan". Artinya, pekerjaan itu dilakukan oleh Hati, Lisan dan Anggota Badan.

2. Semua Pekerjaan (Rukun) bergantung dan bermuara dari pokok dasarnya yaitu, HATI (NIAT).

3. Pekerjaan (Rukun) berimbas antara Pahala dan Dosa, antara hasil di dunia dan akhirat atau salah satunya atau bahkan tidak berimbas untuk keduanya alias sia -sia.

4. Sebatas ber"fikir" saja tanpa tindak lanjut dari tiga pokok rukun maka tidak bisa disebut "kerja" dan tentunya tidak bisa berdampak apapun sebagaimana kesimpulan nomor #3, walaupun terkadang apa yang dilakukan oleh Hati, Lisan dan Anggota Badan adalah bersumber dari fikiran yang diolah oleh otak.

Untuk Korelasi antara tulisan ini dan gambar yang paling atas, saya yakin anda sudah bisa menjabarkan dan bakan mempresentasikan jabaran anda kepada saya. Saya tidak ragu lagi, karena saya yakin anda "cukup cerdas".

Semoga Alloh senantiasa menuntun kita semua di dalam segala aktivitas kita hanya untuk mencari RidloNYA. Aamiiin Yaa Robbal 'Aalamiin...!!!

20160818

SANTRI DAN KEMERDEKAAN

SANTRI DAN KEMERDEKAAN

Santri pondok pesantren itu ampuh. Di tanah Jawa ini, yang paling ditakuti (penjajah) Belanda adalah santri dan tarekat (thoriqoh).

Ada seorang santri yang juga penganut thariqah, namanya Abdul Hamid. Ia lahir di Dusun Tegalrejo, Kecamatan Tegalrejo, Yogyakarta. Mondok pertama kali di Tegalsari, Jetis, Ponorogo kepada KH. Hasan Besari. (KH Hasan Besari adalah peletakdasar pendirian Pesantren Gontor).

Abdul Hamid ngaji kitab kuning kepada Kyai Taftazani Kertosuro. Ngaji Tafsir Jalalain kepada KH Baidlowi Bagelen yang dikebumikan di Glodegan, Bantul, Jogjakarta. Terakhir Abdul Hamid ngaji ilmu hikmah kepada KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang.

Di daerah eks-Karesidenan Kedu (Temanggung, Magelang, Wonosobo, Purworejo, Kebumen), nama KH. Nur Muhammad yang masyhur ada dua, yang satu KH. Nur Muhammad Ngadiwongso, Salaman, Magelang dan satunya lagi KH. Nur Muhammad Alang-alang Ombo, Pituruh, yang banyak menurunkan kyai di Purworejo.

Abdul Hamid sangat berani dalam berperang melawan penjajah Belanda selama 5 tahun, 1825-1830 M.

Abdul Hamid wafat dan dikebumikan di Makassar, dekat Pantai Losari. Abdul Hamid adalah putra Sultan Hamengkubuwono ke-III.


Abdul Hamid patungnya memakai jubah dipasang di Alun-alun kota Magelang. Menjadi nama Kodam dan Universitas di Jawa Tengah. Terkenal dengan nama Pangeran Diponegoro.

Belanda resah menghadapi perang Diponegoro. Dalam kurun 5 tahun itu, uang kas Hindia Belanda habis, bahkan punya banyak hutang luar negeri.

Nama aslinya Abdul Hamid. Nama populernya Diponegoro. Adapun nama lengkapnya adalah Kyai Haji (KH) Bendoro Raden Mas Abdul Hamid Ontowiryo Mustahar Herucokro Senopati Ing Alogo Sayyidin Pranotogomo Amirul Mu’minin Khalifatullah Tanah Jawi Pangeran Diponegoro Pahlawan Goa Selarong.

Maka jika Anda pergi ke Magelang dan melihat kamar Diponegoro di eks-Karesidenan Kedu, istilah sekarang di Bakorwil, ada 3 peninggalan Diponegoro: Al-Quran, Tasbeh dan Taqrib (kitab Fath al-Qarib).

Kenapa Al-Quran? Diponegoro adalah seorang Muslim. Kenapa tasbih? Diponegoro seorang ahli dzikir, dan bahkan penganut thariqah.

Habib Luthfi bin Ali bin Yahya Pekalongan mengatakan bahwa Diponegoro seorang mursyid Thariqah Qadiriyyah. Selanjutnya yang ketiga, Taqrib matan Abu Syuja’, yaitu kitab kuning yang dipakai di pesantren bermadzhab Syafi'i.


Saya sangat menghormati dan menghargai orang yang berbeda madzhab dan pendapat. Akan tetapi, tolong, sejarah sampaikan apa adanya.

Jangan ditutup-tutupi bahwa Pangeran Diponegoro bermadzhab Syafi’i. Maka 3 tinggalan Pangeran Diponegoro ini tercermin dalam pondok-pondok pesantren.

Dulu ada tokoh pendidikan nasional bernama Douwes Dekker. Siapa itu Douwes Dekker? Danudirja Setiabudi.

Mereka yang belajar sejarah, semuanya kenal. (Leluhur) Douwes Dekker itu seorang Belanda yang dikirim ke Indonesia untuk merusak bangsa kita.

Namun ketika Douwes Dekker berhubungan dengan para kyai dan santri, mindset-nya berubah, yang semula ingin merusak kita justru bergabung dengan pergerakan bangsa kita.

Bahkan kadang-kadang Douwes Dekker, semangat kebangsaannya melebihi bangsa kita sendiri.

Douwes Dekker pernah berkata dalam bukunya: “Kalau tidak ada kyai dan pondok pesantren, maka patriotisme bangsa Indonesia sudah hancur berantakan.”

Siapa yang berbicara? Douwes Dekker, orang yang belum pernah nyantri di pondok pesantren.

Seumpanya yang berbicara saya, pasti ada yang berkomentar: "Hanya biar pondok pesantren laku."

Tapi kalau yang berbicara orang “luar”, ini temuan apa adanya, tidak dibuat-buat. Maka, kembalilah ke pesantren.

Ki Hajar Dewantara (Suwardi Suryaningrat) itu adalah santri.
Tidak hanya Diponegoro anak bangsa yang dididik para ulama menjadi tokoh bangsa.

Di antaranya, di Jogjakarta ada seorang kyai bernama Romo Kyai Sulaiman Zainudin di Kalasan Prambanan.
Punya santri banyak, salah satunya bernama Suwardi Suryaningrat.

Suwardi Suryaningrat ini kemudian oleh pemerintah diangkat menjadi Bapak Pendidikan Nasional yang terkenal dengan nama Ki Hajar Dewantara.

Jadi, Ki Hajar Dewantara itu santri, ngaji, murid seorang kyai. Sayangnya, sejarah Ki Hajar mengaji al-Quran tidak pernah diterangkan di sekolah-sekolah, yang diterangkan hanya Ing Ngarso Sun Tulodo,Ing Madyo Mangun Karso,Tut Wuri Handayani. Itu sudah baik, namun belum komplit. Belum utuh.

Maka nantinya, untuk rekan-rekan guru, mohon diterangkan bahwa Ki Hajar Dewantara selain punya ajaran Tut Wuri Handayani, juga punya ajaran Al-Quran al-Karim.

Sayyid Husein al-Mutahhar adalah cucu nabi yang patriotis. Malah-malah, ketika Indonesia merdeka, ada sayyid warga Kauman Semarang yang mengajak bangsa kita untuk bersyukur.

Sang Sayyid tersebut menyusun lagu Syukur. Dalam pelajaran Sekolah Dasar disebutkan Habib Husein al-Mutahar yang menciptakan lagu Syukur.

Beliau adalah Pakdenya Habib Umar Muthahar SH Semarang. Jadi, yang menciptakan lagu Syukur yang kita semua hafal adalah seorang sayyid, cucu baginda Nabi Saw. Mari kita nyanyikan bersama-sama:

Dari yakinku teguh
Hati ikhlasku penuh
Akan karuniaMu
Tanah air pusaka
Indonesia merdeka
Syukur aku sembahkan
Ke hadiratMu Tuhan

Itu yang menyusun cucu Nabi, Sayyid Husein Muthahar, warga Kauman Semarang. Akhirnya oleh pemerintah waktu itu diangkat menjadi Dirjen Pemuda dan Olahraga.

Terakhir oleh pemerintah dipercaya menjadi Duta Besar di Vatikan, negara yang berpenduduk Katholik.

Di Vatikan, Habib Husein tidak larut dengan kondisi, malah justru membangun masjid. Hebat.

Malah-malah, Habib Husein Muthahar menyusun lagu yang hampir se-Indonesia hafal semua.

Suatu ketika Habib Husein Muthahar sedang duduk, lalu mendengar adzan shalat Dzuhur.

Sampai pada kalimat hayya 'alasshalâh, terngiang suara adzan. Sampai sehabis shalat berjamaah, masih juga terngiang.

Akhirnya hatinya terdorong untuk membuat lagu yang cengkoknya mirip adzan, ada “S”nya, “A”nya, “H”nya. Kemudian pena berjalan, tertulislah:

17 Agustus tahun 45
Itulah hari kemerdekaan kita
Hari merdeka Nusa dan Bangsa
Hari lahirnya Bangsa Indonesia
Merdeka
Sekali merdeka tetap merdeka
Selama hayat masih di kandung badan
Kita tetap setia, tetap setia
Mempertahankan Indonesia
Kita tetap setia, tetap setia
Membela Negara kita.

Maka peran para kyai dan para sayyid tidak sedikit dalam pembinaan patriotisme bangsa.

Jadi, Anda jangan ragu jika hendak mengirim anak-anaknya ke pondok pesantren.

Malahan, Bung Karno, ketika mau membaca teks proklamasi di Pegangsaan Timur Jakarta, minta didampingi putra kyai.

Tampillah putra seorang kyai, dari kampung Batuampar, Mayakumbung, Sumatera Barat. Siapa beliau?

H. Mohammad Hatta putra seorang kyai. Bung Hatta adalah putra Ustadz Kiai Haji Jamil, Guru Thariqah Naqsyabandiyyah Kholidiyyah.

Sayang, sejarah Bung Hatta adalah putra kyai dan putra penganut thoriqoh tidak pernah dijelaskan di sekolah, yang diterangkan hanya Bapak Koperasi.

Mulai sekarang, mari kita terangkan sejarah dengan utuh. Jangan sekali-kali memotong sejarah.

Jika Anda memotong sejarah, suatu saat, sejarah Anda akan dipotong oleh Alloh Swt. Akhirnya, Bung Hatta menjadi Wakil Presiden pertama.

Pesan Penting Bagi Santri, Belajar dari Mbah Mahrus Aly.

Maka, jangan berkecil hati mengirim putra-putri Anda di pondok-pesantren.

Santri-santri An-Nawawi di tempat saya, saya nasehati begini: “Kamu mondok di sini nggak usah berpikir macam-macam, yang penting ngaji dan sekolah. Tak usah berpikir besok jadi apa, yang akan menjadikan Gusti Alloh."

Ketika saya dulu nyantri di Lirboyo, tak berpikir mau jadi apa, yang penting ngaji, nderes (baca Al-Quran), menghafalkan nadzaman kitab dan shalat jamaah.

Ternyata saya juga jadi manusia, malahan bisa melenggang ke gedung MPR di Senayan. 

Tidak usah dipikir, yang menjadikan Gusti Alloh.

Tugas kita ialah melaksanakan kewajiban dari Alloh Swt. Alloh mewajibkan kita untuk menuntut ilmu, kita menuntut ilmu.

Jika kewajiban dari Alloh sudah dilaksanakan, maka Alloh yang akan menata. Jika Alloh yang menata sudah pasti sip, begitu saja. Jika yang menata kita, belum tentu sip.

Perlu putra-putri kita dalam menuntut ilmu, berpisah dengan orangtua, untuk nyantri di Pondok Pesantren.

KH. Mahrus Aly Lirboyo pernah dawuh:
“Nek ngaji kok nempel wongtuo, ora temu-temuo.” (Jika mengaji masih bersama dengan orangtua, tidak akan cepat dewasa).

Maka masukkanlah ke pesantren, biar cepat dewasa pikirannya.

Disalin dari tulisan seorang tokoh. Jazakumullah

Merdeka... Merdeka... Merdeka...

<< Kembali

 
Kembali Ke Atas
Back to Top